Upah Tulang Adat Batak: Pemuliaan dan Kehormatan pada Keluarga di Masa Lalu

Upah Tulang Adat Batak

Tulang Adat Batak: Mataniari Binsar dan Pengayom Keluarga

Di masyarakat Batak Toba, Tulang (paman) dianggap sebagai mataniari binsar atau awal dan pemberi keturunan. Oleh karena itu, keponakan atau bere sangat menghargai, hormat, dan memuliakan Tulangnya. Meskipun telah meninggal, kehadiran Tulang masih dianggap penting dan dihormati.

upah tulang adat batak pemuliaan dan kehormatan pada keluarga di masa lalu

Ulos Tondi dan Mamosuri Dohot Pasahat Ulos Tondi

Saat seorang ibu hamil pertama setelah menikah, Tulangnya datang dan memberikan makanan (ikan mas) dan ulos tondi (ulos roh, jiwa, atau sukma). Ulos tondi diberikan untuk meneguhkan tondi seorang ibu hamil dan diyakinkan, sehingga tidak takut atau merasa terganggu saat membawakan berkat Tuhan, yaitu anak dalam kandungannya.

Mamoholi dan Ulos Parompa

Setelah lahir, Tulangnya memberikan aek ni unte (makanan berupa ikan mas dan sayuran) kepada keluarga saudara perempuannya dan mamoholi (menyambut) keponakannya sebagai tanda kasih sayang. Ketika berenya dewasa dan hendak menikah, berenya memberi makan dan meminta ijin kepada Tulangnya. Jika ada putri Tulang kandung atau bersaudara yang sudah cukup umur, Tulangnya memperkenalkan putrinya kepada berenya. Namun, jika berenya tidak memilih menikah dengan putri Tulangnya, maka Tulangnya memberi berenya ulos talitali mangaririt (kain selendang) sebagai tanda persetujuan menikah dengan putri orang lain.

Ulos sebagai Bentuk Pemuliaan dan Penghormatan

Pemuliaan dan penghormatan terhadap keluarga sangat penting dalam masyarakat Batak Toba. Berbagai tanda penghormatan, seperti pemberian makanan, pakaian adat, dan aksesori khas, diberikan kepada keluarga sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url