Gorga Pada Rumah Adat Batak Toba

Bentuk Ragam Hias pada Rumah Adat Batak Toba yang disebut Gorga

Ragam hias Gorga pada rumah adat Batak Toba adalah kumpulan pola hiasan yang dibuat dengan tujuan memperindah rumah adat (bagian luar/exterior rumah), dimana kegiatan membuat dan membentuk ragam hias Gorga ini kemudian diwariskan turun-temurun, sehingga terdapatnya suatu kegiatan yang melatar belakangi pola pikir kehidupan masyarakat suku Batak Toba tentang pentingnya keberadaan Gorga Batak ini. 


gorga pada rumah adat batak toba


Kegiatan dan karya-karya ukiran hias Gorga tersebar diseluruh wilayah Toba maupun sekitarnya dan tentu tidak selamanya merata di sub-sub Wilayah Toba.

Teman-teman sibatakjalanjalan.com pasti sering melihat dan bahkan ingin tahu tentang Gorga ini. Dikarenakan bentuknya yang unik, pasti muncul suatu pertanyaan tentang akan keberadaan Gorga Batak dan artinya. 

Penulis harapkan apabila teman-teman menemukan kesalahan penulisan, arti dan makna. Jangan sungkan-sungkan untuk berkomentar dan admin sibatakjalanjalan akan segera membalas .

Untuk kemudian diketahui pembaca sibatakjalanjalan.com bersama bahwa Gorga Batak merupakan salah satu karya seni dan kebudayaan Batak yang usianya sudah cukup tua. Sebuah seni pahat tradisional yang dibuat secara alami. 

Pada zaman dahulu, gorga hanya dibuat untuk rumah yang dianggap terhormat, karena nenek moyang suku Batak menganggap bahwa gorga bukan hanya sekedar hiasan, tetapi memiliki makna yang mencerminkan hidup Orang Batak.


Arti warna pada Gorga Batak

Umumnya hanya tiga warna yang dipakai pada Gorga Batak Toba. Ketiga warna itu adalah hitam, merah dan putih; sebagai lambang tiga bagian dari :

    1. Alam semesta (kosmos) yaitu Banua Toru (alam bagian bawah, di bawah tanah, bukan neraka)
    2. Banua Tonga (kosmos bagian tengah, permukaan Bumi tempat manusia, binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan hidup)
    3. Banua Ginjang (kosmos bagian atas: langit, tempat bersemayam para dewa). 

Ketiga warna gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu :

    1. Batara Guru penguasa Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam
    2. Debata Sori penguasa Banua Tonga dilambangkan dengan warna merah
    3. Mangala Bulan penguasa Bamua Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. 

Ketiga dewa yang dikenal dengan sebutan “Debata Sitolu Sada”, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.


Warna Hitam pada Gorga

Warna hitam adalah simbol dari Banua Toru (kosmos bagian bawah) dan penguasaanya Batara Guru yang selalu mengendarai kuda hitam. 

warna hitam pada gorga

Di dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan pengobatan dan kedukunan.

Warna hitam sering disebut sebagai Raja Warna, sebab kalau warna ini dicampur dengan warna lain, dengan perbandingan yang sama, maka warma yang lebih kuat adalah wama hitam.


Warna Merah pada Gorga

Warna merah adalah simbol Banua Tonga (kosmos bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori yang selalu mengendarai kuda berwarna merah. 

warna merah pada gorga

Dahulu warna merah sangat ditakuti oleh Orang Batak, karena warna ini dianggap sebagai penyebab kematian. 

Keyakinan itu di dapat dari kenyataan pada kehidupan tanam-tanaman, yang pada mulanya berwarna hijau, kemudian nampak berwarna kekuning-kuningan suatu pertanda mendekati kematian. Dan apabila telah pasti mati, daun tanaman yang dulunya berwarna hijau itu kelihatan merah (marrara). 

Warna merah dibuat pada latar belakang gorga, yaitu pada sela-sela andor, di antara andor dengan daun gorga dan diantara andor dengan batas bidang gorga. 

Kemudian menjadikan warna merah adalah lambang keberanian dan kesaktian.


Warna Putih pada Gorga

Putih melambangkan kesucian dan kehidupan. Suku Batak percaya, yang membuat suatu kehidupan pada tanaman adalah gota(getah), suatu tenaga ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. 

warna putih pada gorga


Orang Batak zaman dahulu menganggap manusia hidup dari gota ni (getah nasi), gota ni gadong (getah ubi), dan gota ni ingkau (getah sayur-sayuran). Memang tidak semua getah berwarna putih tetapi karena kebanyakan getah berwarna putih, maka Orang Batak menganggap bahwa getah itu berwarna putih. 

Kemudian warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam).
  1. Bulung ni gorga (daun gorga)
  2. Sonoma tau gadu-gadu (berwarna hitam)
  3. Lili atau hapur (berwarna putih)
  4. Andor (batang gorga)
  5. Parpulo batuan (latar belakang gorga, berwarna merah).


10 Bentuk Gorga Batak dan Artinya pada rumah adat Batak Toba


1. Gorga Simeol-eol

Istilah simeol-eol merupakan suatu perubahan bentuk dan wujud gerak tumbuhan lumut yang melenggang-lenggok dengan arah lengkungan masuk kedalam dan keluar. Perubahan bentuk inilah yang mewaliki gerak gorga simeol-eol yang diukirkan pada motif ini. 

Gorga simeol-eol merupakan wujud dari  simbol kegembiraan. Dimana motif gorga simeol-eol yang bentuknya berasal dari gerakan tumbuhan lumut yang melenggak-lenggok. Sehingga hasil wujud gorga simeol-eol merupakan visualisasi dari tumbuhan yang memiliki bentuk yang hampir simetris dengan setiap lekukkannya.

 Gerak yang dihasilkan memberi irama dan garis  melengkung kedalam dan meliuk keluar. Tampak satu kesatuan gorga ini terkesan mengikuti pola huruf S ataupun pola Angka 8. 

Memberikan kesan kehidupan manusia akan kehidupan bersama alam. 
Dimana seperti teman-teman sibatakjalanjalan.com ketahui bahwa tumbuhan lumut yang keberlangsungan hidupnya terombang-ambing dengan gerak yang gemulai, namun akar lumut tetap kokoh merekat. 

Pada kehidupan sosial manusiapun dalam menjalani kehidupan haruslah selalu merasa senang selaras dengan alam.


2. Gorga Simeol-eol Marsialoan

Motif gorga simeol-eol marsialoan ini tampak dibuat dengan motif gorga simeol-eol yang berlawanan arah. Dengan kata lain Marsialoan jika diartikan adalah berlawan- lawanan. 

motif gorga simeol eol marsialoan
Sumber : Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara (1980)


Wujud tanda ini digambarkan dengan ujung yang berlawanan namun tetap satu kesatuan yang utuh, sehingga memberi irama gerak yang saling mengikat. 

Pewarnaannya menggunakan karakter wama gorga batak yaitu warna merah, putih dan hitam. Budaya gorga ini memberi isyarat agar umat manusia senantiasa mampu memberi penghiburan dan tenggangrasa sesama mahluk ciptaan Tuhan walaupun dalam posisi yang berlawan-lawanan.


3. Gorga Silintong

Gorga silintong merupakan tanda yang berbentuk visualisasi dari tiruan putaran air dalam suatu wadah. 
Penggolongan ini berdasarkan pada hubungan tanda dan objek terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas bentuk yang berputar. Dapat dipahami pusaran tersebut berbentuk spiral memusat yang menghasilkan bentuk motif gorga silintong tersebut.

motif gorga silintong
Sumber : Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara (1980)

Gorga Silintong dipahami sebelumnya sebagai makna kekuatan gaib (mistis). 

Gorga silintong menggambarkan tanda yang memiliki bentuk yang memusat atau melingkar dengan menuju satu titik pusat. tanda ini dibuat dengan berkesinambungan dan tidak terputus menuju ulu ni ruma. 

Disusun dengan posisi diagonal mengikuti bidang sitindangi santung-santung. 

Pewarnaannya menggunakan karakter warna gorga Batak yaitu wana merah, putih dan hitam. Gorga Silintong ini dapat diisyaratkan juga sebagai kekuatan iman (kesucian iman) umat beragama.


4. Gorga Ipon-ipon

Gorga ipon-ipon, pada hakekatnya tidaklah semua gorga ipon-ipon berbentuk gigi tetapi beberapa motif berbentuk dekoratif semata. Namun secara visualisasi bentuk gorga ipon-ipon adalah bentuk geometris. 

bentuk gorga ipon-ipon
Sumber : Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara (1980)


Dimana salah satu dari bentuk geometris itu berbentuk segitiga sama kaki yang dibuat berulang-ulang sehingga menyerupai gigi berbentuk taring). 

Dengan kata lain ipon-ipon merepresentasikan bentuk susunan gigi dengan keberadaan gorga ipon-ipon dimaksud hanya memberi fungsi sebagai menghiasi gorga yang disertainya. 

Dikatakan berfungsi menghiasi karena keberadannya berkaitan dengan kelengkapan gorga lain. 

Dengan bentuk gigi yang geometris keberadaan Gorga Ipon-ipon menghiasi gorga yang disertainya. 
Sekaligus memiliki pemahaman makna simbol yang terkandung mengatakan bahwa ipon-ipon suatu simbol kemajuan.  

Dengan penerapannya dibuat dengan struktu bentuk yang berulang-ulang sehingga tampak satu-kesatuan. Sementara berdasarkan penempatannya sering ditempatkan dengan gorga lain sebagai penghias.

Karakter pewarnaannya adalah menggunakan warna merah, putih, dan hitam. Secara konotatis, gorga ini mengisyaratkan pesan betapa pentingnya kemajuan hidup serta rasa tolong menolong dan saling melengkapi. 

Ataupun perlambangan dari suatu hasrat akan kesuksesan dan kemajuan pribadi, keluarga, maupun masyarakat.


5. Gorga Iran-iran

Pemahaman akan arti iran adalah sebuah pemanis maupun penghias yang memberi nilai estetik. 
Keberadaan Gorga Iran-iran diyakini dalam budaya Batak Toba bahwa makna gorga Iran-iran sebagai nasehat. Nasehat untuk setiap orang supaya senantiasa bersikap manis, ramah, tidak berpura-pura, dan mampu menyenangkan orang lain. 

makna gorga iran-iran
Sumber : Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara (1980)

Gorga iran-iran mengandung makna simbol yaitu kecantikan/manis.

Gorga iran-iran merupakan visualisasi bentuk tumbuhan merambat. Penerapannya dibuat dengan struktur bentuk yang berulang-ulang sehingga tampak satu kesatuan. 

Pewarnaannya menggunakan karakter warna gorga batak yaitu warna merah, putih dan hitam. Sementara berdasarkan penempatannya gorga tersebut ditempatkan dibagian depan bangunan, yaitu pada sitindangi. 

Gorga Iran-iran ini akan menjadi simbol sikap tenggang rasa, ramah dan manis dalam hal sikap. 
Secara fungsional sebagai penghias terutama pemanis pada sebuah bangunan rumah. Bangunan rumah Batak Toba selalu menerapkan gorga iran-iran supaya senantiasa memberi kesan manis pada pemiliknya, sementara fungsinya menghiasi dan dapat memberikan kesan beriwibawa pada bangunan tersebut.


6. Gorga Simata ni ari

Mataniari adalah Matahari. Gorga ini mengambil bentuk matahari dan diwujudkan secara geometris dalam bentuk kurva tertutup yang membentuk empat bulatan di sebelah kiri, kanan, atas dan bawah suatu bujursangkar, jajaran genjang, sebagai pusatnya dan empat buah bulatan pada keempat sudutnya. 
Gorga si mataniari ini biasanya dibuat pada sudut parhongkom kiri dan kanan dengan teknik ukir (gorga lontik) maupun teknik lukis (gorga dais). 

Pewarnaannya menggunakan karakter wana gorga batak yaitu warna merah, putih dan hitam. Gorga Simata ni ari menggambarkan betapa pentingnya sifat penerang bagi manusia. Sifat penerang tersebut akan membawa kita pada kesuksesan maupun kemajuan. 

Sebab diyakini matahari selalu memberi penghidupan dan penerangan bagi makhluk hidup di alam ini. Itu sebabnya matahari sebagai inspirasi wujud akan gorga simataniari dibuat.


7. Gorga Desa na ualu

Gorga Desa na ualu merupakan gambaran dari kosmologi arah mata angin. Tanda ini menandai akan keadaan delapan sudut arah mata angin.
 
gorga desa na ualu
Sumber : Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara (1980)

Kedelapan mata arah angin ini dipercayai sebelumnya sebagai ilmu perbintangan (rasi) yang dipergunakan sebagai mediator peramalan. 

Gorga desa na ualu adalah simbol akan keberadaan ke delapan mata arah angin. Garis dengan delapan sudut, dimana  jika disingkat menunjuk menjadi empat buah garis sudut dengan satu titk pusat. 

Penerapan warna menunjukkan karakter gorga batak dengan pewarnaan merah, putih dan hitam. 
Gorga Desa na ualu memberi pengetahuan akan ilmu perbintangan seperti yang diyakini suku batak sebagai latar belakang umat beriman yang datang dari delapan penjuru mata angin (multikultural). 


8. Gorga Sitagan

Gorga Sitagan adalah gorga berbentuk tagan, kotak kecil yang terbuat dari perak atau emas, tertutup digunakan sebagai tempat menyimpan sirih, tembakau, gambir, kapur dan barang-barang kecil lainnya sehingga digolongkan dalam ikon. 

bentuk gorga sitagan
Sumber : Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara (1980)

Bentuknya dapat bermacam-macam, ada yang berbentuk segi empat, segi enam beraturan, bundar, dsb. 
Bentuk Gorga Sitagan dihadirkan dengan teknik diukir memberi bentuk garis menyilang dengan ujung garis meliuk dan melingkar. Serta penempatannya pada arsitektur rumah adat Batak biasanya terdapat pada parhongkom kanan-kiri, dan bidang lain. 

Pewarnaannya menggunakan karakter warna gorga batak yaitu warna merah, putih dan hitam. Secara Konotatif, gorga ini menggambarkan betapa pentingnya sifat saling memperdulikan dan menolong sesama manusia. Jadi sopan santun merupakan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak sombong dan egois.


9. Gorga Singa-singa

Singa di gorga ini diartikan sebagai berwibawa (mempunyai kharisma). Gorga singa-singa sama sekali tidak mirip dengan singa, namun menyerupai manusia yang sedang duduk jongkok. 

Kepalanya dibuat sangat besar, diserbani dengan kain tiga bolit (kain dengan tiga warna yaitu: hitam, merah dan putih), kakinya sangat kecil sehingga sulit membayangkan bentuk manusia. 

Seperti halnya jaga dompak, simbol singa-singa juga sebagai lambang kebenaran dan keadilan hukum.


10. Gorga Ulu Paung

Gorga Ulu Paung adalah hiasan yang berukuran besar yang bentuknya menyerupai manusia bertanduk kebau. 

Dahulu Gorga Ulu Paung langsung dibuat dari kepala kerbau, karena kemajuan teknik ukir Orang Batak Toba, bentuk kepala kerbau itu diolah sedemikian rupa dengan menambah bentuk wajah manusia. 
Gorga Ulu Paung menimbulkan makna berwibawa dan juga menimbulkan makna kekuatan pada gambar kepala dan tanduk kerbau.

Sedangkan jambul yang disebut juga sijagaran melambangkan banyak keturunan. 

Gorga Ulu Paung adalah simbol wibawa, kekuatan dan lambang keperkasaan yang melindungi. 

Ditempatkan pada puncak bubungan atap, fungsinya sebagai penangkal setan yang datang dari luar kampung.

Referensi : 
Prosiding Seminar Nasional Bahasa Ibu VIII 2015
"Strategi Pemberdayaan Bahasa Lokal demi Pelestarian Budaya Bangsa dan Upaya Penguatan Jati Diri"
Kerjasama antara Program Studi Magister dan Doktor Linguistik Program Pascasarjana 
Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udaya dan Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url