Lagu Sitalasari (Deideng) Batak Simalungun dan Artinya
Lagu Sitalasari Batak Simalungun
Sitalasari memiliki makna dalam masyarakat Batak Simalungun, terutama pada pesta adat pernikahan. Sitalasari yang adalah bunga rampai dan maknanya pada lagu Sitalasari adalah bahwa bunga rampai yang ditemukan di jalan, dimana bunga tersebut dijadikan penutup kepala dan menjadi topi kebesaran bagi kaum wanita Batak Simalungun.
“Karena ada datang inangnya, maka dia pun berlaku sopan”.
Merupakan kalimat yang mengingatkan akan adat Batak Simalungun kepada inangnya dan mengajak inangnya untuk ikut menjaga dan melestarikan adat Batak Simalungun. Bunga rampai yang menjadi simbol obat rindu oleh masyarakat Batak Simalungun akan kampung halamannya. “Patudu ma da baya, mada tuah, goran homa” yang memiliki makna menunjjukkan amanat yang sacral dari daerah Batak Simalungun. (disunting dari tulisan Monika Sihombing, dalam https://budaya-indonesia.org/Makna-Lagu-Sitalasari-Batak-Simalungun) .
Dan Rudang, rudang adalah rambut yang menggumpal di dalam kepala, bisa merupakan penyakit yang katanya merupakan bawaan lahir, namun bisa jadi ada karena tidak rajin di sisir.
Lagu Sitalasari ditulis oleh Taralamsyah Saragih
INTRO :
Dapot ma rudang, Sitalasari baya Da bai bulang
Naroh do inang baya, bagi iya do, runduk homa
Tarsunggul uhur, adat nahinan homa
Rap ma hita, na hophop ma
Sitalasari tambar ni sihol baya, bani huta
Patudu ma da baya, mada tuah, goran homa
Bonani tortor, doding hatata baya
Rap ma nari hita doma
Dapot ma rudang, Sitalasari baya Da bai bulang
Naroh do inang baya, bagi iya do, runduk homa
Tarsungguh uhur, adat nahinan homa
Rap ma hita, na hophop ma
Lagu Batak Simalungun lainnya :
Sitalasari tambar ni sihol baya, bani huta
Patudu ma da baya, mada tuah, goran homa
Bonani tortor, doding hatata baya
Rap ma nari hita homa