Patung Sigale-Gale dari Tanah Batak Filosofi dari Anakkon Hi Do Hamoraon di Au

Sigale-Gale (Patung Sigalegale)


tor tor sigale gale

Patung Sigale-gale

Mungkin teman-teman pembaca sebelumnya sudah pernah mendengar atau mengetahui tentang patung yang tampak bergerak sendiri ini. 

Namun apabila diperhatikan lebih jauh maka dapat kita lihat secara jelas bahwa patung ini bergerak dengan bantuan 'operator' dibelakangnya. 

Dan operator inilah yang membuat seolah-olah patung Sigalegale bergerak menari atau dalam bahasa Batak disebut dengan 'Manortor'.


Kenapa disebut sebagai patung Sigalegale ?

Tahukah teman-teman sibatakjalanjalan.com bahwa kata "Sigale-Gale" berasal dari kata "Gale" yang artinya lemah, lesu atau juga lunglai.

Berdasarkan Legenda dan cerita rakyat yang pernah penulis www.sibatakjalanjalan.com dengar ada beberapa versi dari asal-usul patung Sigalegale ini.

1. Berasal dari cerita seorang wanita yang tidak memiliki keturunan bernama 'Nai Manggale'.

Dikisahkan, seorang ahli patung yang bertemu dengan sebatang pohon kayu di hutan, lalu mengukirnya menjadi patung seorang perempuan. 

Lalu datang seorang pedagang keliling bernama 'Bao Partigatiga' yang memakaikannya pakaian dan perhiasan emas.

Dan selang keesokkan harinya datanglah seorang dukun penawari yang membuat patung ini hidup menjadi seorang wanita yang cantik dan pandai menari, dan juga diberi nama Nai Manggale.

Singkat cerita Nai Manggale menikah dengan Datu Partiktik namun akhirnya jatuh sakit dan tidak memiliki keturunan.

Sebelum kepergian Nai Manggale, ia berpesan agar dibuatkan sebuah patung seukuran dirinya dan diberi nama Sigale-gale. Sebagai syarat agar arwahnya tenang.

Dengan alasan tersebutlah patung Sigalegale dibuat sebagai tanda bahwa seseorang yang meninggal tanpa mempunyai anak, agar begu atau arwahnya tidak terkena siksa.
 

2. Dari kisah seorang Raja dan Putra Manggale yang gugur dalam pertempuran.

Dikisahkan bahwa seorang Raja yang daerah kekuasaannya sedang diserang oleh lawan mengutus anaknya sebagai seorang panglima perang untuk memimpin pasukan, namun amat disayangkan bahwa putra kesayangannya harus gugur di medan pertempuran.

Karena kesedihannya ini maka diutuslah datu terbaik untuk membuat patung yang menyerupai putra sang Raja, 'Manggale'

Seorang datu disebutkan membuat patung yang menyerupai Manggale dari pohon nangka, karena kayu nangka sangat kokoh.  

Lalu dilakukan ritual dengan meniup sordam dan memainkan 'Gondang Sabangunan' untuk memanggil arwah Manggale masuk ke dalam patung yang dibentuk menyerupai dirinya. 

Hal ini ternyata sangat mengobati rasa sedih sang raja yang setiap ia rindu kepada putranya maka ia akan 'manortor'/menari-nari.  

Dan patung ini diberi nama Sigale-gale atau yang bisa berarti si Lemah-Lembut atau juga si lemah lunglai.

3. Dalam catatan Johannes Warneck dalam Warneck 1909,p. 108.

Yang merupakan seorang missionaris Jerman dalam pemaparannya di awal-awal abad 20, disebutkan bahwa seorang pria yang meninggal tanpa ada putranya yang masih hidup, kerabatnya akan mengadakan pesta dan membuat patung yang mirip dan menyerupai mendiang diberikan pakaian tradisional. dengan syal, hiasan kepala juga perhiasan emas.

Asal-usul patung Sigalegale

Ada banyak cerita yang kemudian penulis dengar mengenai patung Sigalegale ini. 

Bahwa benar patung Sigalegale hanyalah cerita turun-temurun atau ada pula yang menyebut bahwa cerita patung Sigalegale tidak pernah terjadi. 

Namun kabar baiknya teman-teman sibatakjalanjalan.com bahwa diketahui pementasan Sigale-gale pernah dilakukan pada tahun 1930 oleh seorang bernama Raja Gayus Rumahorbo dari Kampung Garoga Tomok

Keturunan Raja Gayus mengatakan bahwa Raja Gayus Rumahorbo mampu membuat patung Sigale-gale mengeluarkan air mata dan dapat mengusapkan ulos yang disandangkan pada boneka kayu tersebut.

Lebih jauh tentang Pemahat Patung Sigale-gale

Pada kisah kedua (2) sebelumnya dikatakan bahwa Datu yang mampu membuat patung menyerupai wajah Manggale meninggal dunia tidak lama setelah ia menyelesaikan patung itu.

Hal ini memberikan suatu kepercayaan pada masyarakat Batak bahwa pembuat patung Sigale-gale harus menyerahkan jiwanya pada patung buatannya supaya patung tersebut dapat bergerak seperti hidup. 

Dan hal ini juga yang membuat tidak banyak orang yang bersedia membuat patung Sigale-gale.

Kalaupun ada maka pemahatan bagian-bagian tubuhnya dilakukan oleh orang-orang yang berbeda-beda. 

Utami, Dwi Esti (2014) Analisis Patung Sigale-gale Versi Henrizal Batubara di Taman Budaya Sumatera Utara. Medan : Universitas Negeri Medan.

Sebagai penutup, Daerah asal mula munculnya Sigale-gale ialah daerah Toba-Holbung (dahulu Kabupaten Tapanuli Utara kini Kabupaten Samosir).

Kemudian menyebar ke Pulau Samosir yang dikenal sebagai 'Raja Manggale'. Sigale-gale dahulu hanya dipergunakan pada upacara-upacara kematian saja.

Terutama upacara kematian orang-orang yang meninggal tanpa mempunyai anak ataupun keturunan karena semua anaknya telah tiada.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url