Ugamo Malim Kepercayaan Parmalim dari Tanah Batak

Parmalim-Ugamo Malim


Parmalim

Parmalim dalam sistem religius/agama budaya Batak, merupakan agama asli dari tanah Batak. Penulis sibatakjalanjalan ketahui bahwa teman-teman kita penganut agama kepercayaan Parmalim tetap eksis tersebar secara garis besarnya dalam wilayah Toba dan umumnya Tapanuli.

Seperti Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebagainya.


ugamo malim parmalim
Ugamo Malim


Dan sebagai informasi tambahan pembuka, bahwa teman-teman penganut agama Parmalim saat ini telah juga tersebar ke penjuru dunia. 

Meyakini Tuhan yang disebut sebagai "Mulajadi Nabolon", jauh sebelum agama seperti Kristen, Islam dan Katolik berada di tanah Batak. 

Keberadaan aliran Malim, yang berarti "Suci" ini, tidak terlepas hubungannya dengan adat dan budaya masyarakat Batak. 

Baik secara sosial, ekonomi, politik, dimana agama menjadi dasar dalam berbagai respon dalam fenomena yang terjadi. 

Dalam agama Parmalim teman-teman sibatakjalanjalan.com harus ketahui bahwa tujuannya agar Orang Batak/masyarakat Batak mampu memahami dan memaknai religiusitas dengan memperlakukan alam sebagai tumpuan dalam hidup, dan tentu semua itu merupakan anugerah dari sang Mulajadi Nabolon agar kita menjaga, baik dari diri manusia itu sendiri sebagai sumber penghidupan dan keberlangsungan kepemilikan. 

Spritualitas memelihara alam yang diciptakan Mulajadi Nabolon, dipadukan dengan rasa dan ucapan syukur seraya berserah diri kepada Sang Pencipta, Mulajadi Nabolon. 

Dan sebagai wujud rasa syukur dan berserah diri ini perlu diketahui teman-teman sibatakjalanjalan.com bahwa teman-teman agama Parmalim mewujudkannya dalam ritual-ritual yang selaras dengan Kehidupan dan Penghidupan. 

Beberapa ritual tersebut dapat bersama kita lihat pelaksanaannya bersama dalam upacara persembahan. 

Yaitu dengan mempersiapkan kelengkapan dan peralatan upacara yang disebut sebagai “Pelean” atau persembahan.  

Dilakukan dengan sangat hati-hati berdasarkan tata upacara pelaksanaan dan aturan yang ditetapkan sebagai “Patik” . 

Kegiatan yang dilakukan dengan menata dan mempersiapkan “Pelean” dinamakan sebagain  mang-UGAMO-hon”. 

Dan untuk itu, teman-teman sibatakjalanjalan harus ketahui bahwa orang-orang yang senantiasa melaksanakan ritual persembahan dikenali dan disebut sebagai “par-UGAMO” atau juga “parugama” dan dalam bahasa Batak lama disebut sebagai “parugamo” .


 UGAMO memiliki arti sebagai “keberaturan, penataan dengan benar” .

 

Orang yang menganut, mengikuti serta menghayati ajaran dari Ugamo Malim disebut par-Ugamo Malim disebut par-Ugamo Malim/Parmalim. 

Dan atau Parmalim, dalam pihak eksternal/luar kalangan disebut dan dikenal juga sebagai lembaga kepercayaan Ugamo Malim. 

Tahukah teman-teman www.sibatakjalanjalan.com dalam melaksanakan satu kegiatan dan memiliki satu tujuan dalam bahasa Batak disebut Punguan

Maka Punguan parmalim dapat diartikan sebagai perkumpulan penganut Ugamo Malim yang juga wadah dan sarana dimana perkumpulan teman-teman Parmalim melakukan ritual kepercayaannya, dikenal juga sebagai inganan parpunguan sebagai identitas tempat ibadah dan lembaga perkumpulan parmalim. 

Lazim digunakan sejak awal berdirinya Bale Pasogit Partonggoan di Hutatinggi Laguboti, yang diamanahkan Raja Sisingamangaraja – Raja Nasiakbagi – Patuan Raja Malim kepada muridnya Raja Mulia Naipospos

Dalam kalimat sederhananya dapat dijelaskan sebagai paragraf berikut :Ugamo Malim adalah ajaran kepercayaan. 

Parmalim adalah orang penghayatnya/pengikut. Bale Pasogit Parmalim adalah pusat peribadatan Ugamo Malim

Sedangkan Punguan Parmalim memiliki dua maksud yang berbeda :

  1. Sebagai tempat perhimpunan/perkumpulan beribadah/Bale Parsantian yang dipimpin seorang Ulu Punguan.

    Dimana seorang Ulu Punguan menjalankan tugas dan fungsi yang didelegasikan Ihutan Parmalim dari Bale Pasogit Parmalim.Ulu Punguan mewakili Ihutan Parmalim memimpin peribadatan dalam lingkup Punguan Parmalim yang dipimpinnya.

  2. Organisasi Punguan Parmalim sebagai wadah penghayat Ugamo Malim (parmalim) untuk urusan non religiusitas (internal) , dan dalam hubungan administratif Ugamo Malim dengan pemerintah dan masyarakat.

Sejarah tentang Parmalim

Ada sebuah cerita yang mungkin teman-teman sibatakjalanjalan.com saya tidak yakin mengetahuinya, namun mungkin penulis dapat bagikan. 

Yaitu tentang masa eksistensi dinasti Sisingamangaraja dahulu di Bale Pasogit Parmujian yang ada di Bakkara. 

Selama masa perang dengan “penjajah” membumi-hanguskan Bakkara yang dimana diantaranya adalah Bale Pasogit Sisingamangaraja ikut di bakar

Pengaruh asing yang melanda tanah Batak menimbulkan beragam goncangan dalam kehidupan masyarakat. 

Raja Sisingamangaraja mengamanatkan pada murid-muridnya bahwa agar suatu saat kelak untuk mendirikan Bale Pasogit kembali, sebagai wadah tempat “Pamujian Nabolon” untuk kembali menghimpun orang-orang yang setia dengan keyakinan pada Mulajadi Nabolon

Dimana pada 17 Juni 1907 amanat tersebut diingatkan kembali oleh sosok yang menamakan diri  sebagai ‘Nasiakbagi’ seraya menunjuk tempat “kedudukan” dan gambar rupa Bale Pasogit yang ajab didirikan kelak oleh Raja Mulia. 

Terkait hal tersebut Raja Mulia melapor dan menyampaikan maksudnya kepada pemerintah Belanda melalui Kantor Demang di Balige pada 1913Dan setelah beberapa tahun penyelidikan yang dilakukan oleh Belanda maka pada 1921 Belanda mengizinkan Raja Mulia mendirikan Bale Pasogit di Hutatinggi Laguboti melalui Surat Contoleur van Toba Nomor 1494/13 pada tanggal 25 Juni 1921

Dan hal ini merupakan awal dari Ugamo Malim dapat secara terbuka melaksanakan upacara ritual, dan tempat pengembangan ajaran secara terpusat di Hutatinggi dibawah pimpinan Raja Mulia Naipospos

Demikian artikel sibatakjalanjalan.com tentang Parmalim dan informasi yang perlu teman-teman ketahui. 

Sekian. Horasss...!

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url