Ragam Seni dalam Masyarakat Batak Toba (Seni tari, Seni Suara, Seni Rupa dan Seni Musik)

Seni tari, Seni Suara, Seni Rupa dan  Seni Musik dalam Masyarakat Batak


Seni Tari dalam masyarakat Batak

Dalam masyarakat Batak Toba seperti yang teman-teman www.sibatakjalanjalan.com ketahui bahwa ada dua kata yang dapat dianalogikan dengan istilah tari, yaitu adalah :
  1. Tumba, Tari Tumba merupakan suatu tarian yang lebih sering dilakukan oleh/untuk anak remaja, biasanya Tari Tumba dilakukan pada malam hari di halaman-halaman desa, dan kegiatan tari Tumba sendiri terlepas dari konteks upacara adat (secara khusus).
    Tari Tumba mirip dengan joting tetapi semua pemainnya berdiri dan menari bergerak seragam sambil bernyanyi.
    Gerakan tari Tumba didominasi gerakan Tor-tor, namun dengan tambahan kombinasi gerakan hentakan kaki dan juga gerakan kaki mengayun disertai menepuk lutut dengan kedua tangan, kemudian dilanjutkan dengan bertepuk tangan.
    Paduan gerak dan nyanyian ini disebut 'Tumbas'. Sementara dalam syair lagunya ada kata tumba. Tumba adalah syairnya, embas adalah gerakannya. Pemakaian kata tumba dipopulerkan karena embas Tor-tor batak semakin dihilangkan dan telah didominasi budaya ‘joget melayu’.

    gerakan martumba atau tortor tumba


  2. Tor-tor, Tari Tor-tor dilakukan dalam setiap upacara dengan iringan gondang sabangunan, secara umum terlihat seperti hiburan. Akan tetapi dalam pemikiran yang asli, kedudukan tor-tor bagi masyarakat Batak Toba tidaklah merupakan suatu seni hiburan.
    Pastor A.B. Sinaga menuliskan : Pada mulanya Tor-tor bukanlah peragaan keindahan estetis melainkan suatu sembah kepada “Pengada Adikodrati” Tor-tor asli Batak bersifat sakral dan merupakan pujaan kepada Sang Maha Tinggi (Sinaga, 1977:16-19).
menari tor-tor atau manortor


Dalam pelaksanaannya pola gerak tor-tor dapat dibagi atas dua bagian :

  1. Tor-tor Hatopan, Tor-tor Hatopan merupakan suatu pola gerak yang sudah baku dalam setiap upacara. Baik antara pria dan wanita memiliki pola-pola tersendiri. Gerakan ini biasanya dilakukan pada setiap awal penyajian gondang, setiap penari melakukan gerakan yang sama, menurut pola-pola yang telah baku.

  2. Tor-tor Hapunjungan, Tor-tor Hapunjungan yang dilakukan sesuai dengan konteks upacaranya. Dengan kata lain, fungsi tor-tor ini berhubungan dengan upacara tersebut. Tor-tor ini dilakukan secara pribadi atau sekelompok orang yang memiliki motivasi serupa misalnya tor-tor untuk kaum muda, atau Tor-tor dalam acara sukacita, tetapi memiliki gerakan yang relatif bebas, setiap penari bebas melakukan gerakan yang sesuai dengan ekspresinya sepanjang masih mengikuti ritme.

Secara umum dapat dikatakan bahwa bagi masyarakat Batak Toba, Tor-tor sangat individual sekali, namun sesungguhnya dalam Tor-tor Batak yang asli sebenarnya terdapat pola gerakan yang harus dipatuhi, tetapi seringkali mereka mengabaikan hal ini.

Seni Suara dalam masyarakat Batak

Seni suara dalam masyarakat Batak ada 7 (tujuh) macam, yaitu dibagi atas :

  1. Joting, Joting adalah seni suara dengan syair yang beraturan dipadukan dengan gerakan yang seragam. Permainan joting biasanya ramai pada saat bulan purnama usai panen raya. Dalam menyanyikan joting seseorang bernyanyi dan diikuti banyak suara (respinsorial).

  2. Andung, Andung adalah seni suara dengan ratapan bernuansa kesedihan. Bila tangisannya diiringi dengan suara menggelegar dan hempasan tubuh sembarang disebut dengan “angguk bobar”.

  3. Oing, Oing merupakan seni suara yang mirip dengan nyanyian sinden Jawa. Oing kebanyakan mengutarakan suka duka dan pengharapan, biasanya dinyanyikan perahan dan dalam kesendirian.

  4. Dideng, Dideng adalah seni suara bernuansa sanjungan dan motivasi kepada seseorang.

  5. Didang, Didang tidak disebut sebagai seni suara, tetapi merupakan sikap menyanjung seseorang. Seorang bayi dipangku dan diayun perlahan disebut “mandidang” dan kadang diiringi nyanyian meninabobokkan.

  6. Doding, Doding adalah kepandaian merangkai kata-kata untuk menyemangati seseorang atau kelompok orang. Doding juga adalah rangkaian kata-kata bentuk nyanyian yang tujuannya menyemangati seseorang atau kelompok orang. Orang tua bertepuk tangan sambil bernyanyi menyemangati anak yang belajar berdiri termasuk juga sebagai kegiatan "mandoding".

  7. Ende, Ende (nyanyian) adalah syair dan irama yang dilagukan oleh pemain joting dan tumbas. Opera Batak adalah bentuk kegiatan teatrikal yang diiringi Gondang Hasapi dan nyanyian (andung, ende, oing) untuk hiburan rakyat. Opera Batak mempopulerkan kesenian andung, ende, oing, dan pemainnya sering menampilkan (bernyanyi seperti menangis).
sidedeng si boru tombaga

Seni Rupa dalam masyarakat Batak Toba

Di antara beberapa ciri khas kesenian Batak Toba, karya seni rupa yang paling tua yang masih dapat dilihat hingga sekarang ini adalah hasil karya seni megalitikum. Peninggalan seni rupa ini hingga sampai sekarang masih dapat ditemui di beberapa tempat di daerah-daerah sekitar Danau Toba. 

Pengaruh kebudayaan seni rupa orang Batak tercermin pada bentuk atap dimana berbentuk tanduk kerbau, dan pada dindingnya teman-teman www.sibatakjalanjalan.com dapat melihat ukiran-ukiran yang menarik mata untuk mengetahui lebih jauh. Seni rupa megalitikum dari Tanah Batak ini disebut dengan Gorga.

Wawasan seni rupa lainnya pada masyarakat Batak Toba juga mencakup tenun, ragam hias, patung, dan berbagai bentuk lainnya. Salah satu yang khas dalam penyajiannya adalah apa yang tertera pada bangunan ruma dan sopo (tempat menyimpan padi dan beberapa kegiatan desa yang menyangkut kehidupan muda-mudi). 

gorga batak toba

Secara umum, pola-pola ragam hias tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut :

  1. Pola berbentuk manusia, misalnya: ulu paung, singa-singa.
  2. Pola berbentuk hewan, misalnya: boraspati, hoda-hoda.
  3. Pola berbentuk raksasa, misalnya: jengger, jorngom.
  4. Pola berbentuk tumbuhan, misalnya: hariara, sundung di langit.
  5. Pola berbentuk geometris, misalnya: ipon-ipon, iran-iran.
  6. Pola berbentuk kosmos, misalnya: silintong, simarogung-gung.
Di samping dahulu digunakan dengan mengisi kekuatan magis pada Gorga, di sisi lain ada jenis seni rupa dari Tanah Batak yang dimana banyak ditemukan sebagai pakaian dan penggunaannya pada upacara adat. Seni rupa dari Tanah Batak lainnya adalah Ulos.

Ulos yang dibentuk dengan proses tenunan, yang kemudian hingga kini teman-teman sibatakjalanjalan.com ketahui bersama bahwa funsi Ulos masih sangat vital dalam upacara adat Batak. 

Setiap corak pada Ulos dan  motif pada ulos dapat dibedakan berdasarkan warna, pola, bahan, dan ukuran dimana perbedaan ini membuat Ulos tersebut memiliki nama-nama tersendiri. Misalnya : Ulos Ragidup, Ulos Abit Godang, Ulos Runjat, Ulos Sibolang, Ulos Ulos Ragi Hotang, Ulos Sadum, Ulos Parompa, dan sebagainya. 

Penting untuk kemudian kita ketahui bersama bahwa dalam masing-masing upacara adat, nama ulos tersebut berubah menurut kepentingan dan fungsi ulos tersebut.

Misalnya : dalam upacara kelahiran diberikan Ulos Manimpus, Ulos Tondi, dalam upacara perkawinan diberikan Ulos Pargomgom, Ulos Pansamoti, Ulos Hela Todoan, Ulos Pariban dalam upacara kematian diberikan Ulos Saput, Ulos Saurmatua, Ulos Panggabei, dalam 'upacara ‘Mangongkal Holi’ diberikan Ulos Saput, dalam upacara pemberian nama anak diberikan Ulos Mampe, dalam upacara memasuki rumah baru diberikan Ulos Mompo Jabu.

Jadi dalam kehidupan masyarakat Batak Toba karya seni rupa mempunyai kedudukan penting dalam religi, adat, dan kehidupan sehari-hari.

Seni Sastra dalam masyarakat Batak

Selain untuk keperluan komunikasi sehari-hari, bahasa Batak Toba juga dipergunakan dalam seni-seni sastra masyarakat Batak Toba, penggunaan dari seni sastra ini mencakup turi-turian (cerita/hikayat/legenda), tonggo-tonggo (mantra), torsa-torsa (perumpamaan), huling-huling (teka-teki). Kesemuanya disampaikan dalam beberapa bentuk penyajian sastra, yang berfungsi sebagai hiburan, bagian dari adat, hukum dan religi.

sidedeng umpasa dan umpama

Bentuk bahasa dalam seni sastra ini yang pokok ada tiga macam, yaitu :

  1. Umpama, Umpama merupakan suatu bentuk penyajian sastra yang bermaksud sebagai teladan kebijaksanaan, hukum-hukum lisan, dialog-dialog resmi dalam upacara adat, penggunaan umpama dapat kita temui sebagai berikut :
    - Songon gondang, dobung-dobung soarana, hape rumar do dibagasan. (Terjemahannya: Seperti gendang, keras suaranya, ternyata kosong di dalamnya).
    - Matek-tek bulung pinasa, matektek tu bona. Tunda ni anakna, dohonan tu amana (Terjemahannya: jatuh daun nangka, jatuh ke batangnya. Perbuatan anaknya, ditanggungkan ke ayahnya). (Pasaribu, 1986:41).

  2. Umpasa, Umpasa merupakan suatu bentuk penyajian sastra dimana dari segi bentuknya agak sulit dibedakan dari umpama. Tetapi dari segi isinya, penggunaan umpasa lebih terasa akan kesan religius, yang penulis maksudkan adalah bahwa arti dari umpasa lebih menekankan hal-hal yang bersifat rahmat, kurnia, dan berkat,. Berikut contoh penggunaan umpasa :
    - Sahat-sahatni solu, sai sahatma tu bontean. Leleng hita mangolu, sai sahat tu pangabean. (Terjemahannya: Melajulah perahu, melaju ke tepian, semoga mempunyai umur yang panjang dan mencapai kebahagiaan/kesuksesan).

  3. Tudosan, Tudosan merupakan suatu bentuk penyajian sastra yang berupa perbandingan. Dalam kaitan ini, berbagai permasalahan dalam alam dijadikan suatu bandingan terhadap kehidupan manusia untuk menyatakan perasaan hati atau keadaan sesuatu, Berikut penggunaan dari Tudosan :
    -Togu uratni bulu, toguan uratni padang. Togu hatani uhum, toguan hatani padan. (Terjemahannya: Kuat/teguh pun akar bambu, lebih kuat/teguh akar rumput (sejenis ilalang). Kuat/teguh aturan hukum, namun lebih kuat/teguh aturan janji).

Seni Musik dalam masyarakat Batak

Musik dalam kehidupan masyarakat Batak Toba dapat dengan jelas dilihat seperti dalam kelompok-kelompok yang mencakup ke dalam dua bagian besar, yaitu : 
  1. Musik Vokal
  2. Musik Instrumen
Dalam seni musik vokal batak tradisional pembagian ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu tersebut dapat dilihat dari isi liriknya. Masing-masing lagu yang disebut ende memiliki kategori tersendiri, yang secara tradisional dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :
  1. Ende Mandideng, yaitu seni musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan anak (lullaby song).
  2. Ende Sipaingot, adalah seni musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang akan melangsungkan pernikahan. Dinyanyikan pada saat senggang pada harihari menjelang pernikahan tersebut.
  3. Ende Pargaulan, adalah seni musik vokal yang secara umum merupakan “solochorus”, dan dinyanyikan oleh kaum muda dalam waktu senggang, bisanya malam hari.
  4. Ende Tumba, adalah seni musik vokal yang khusus dinyanyikan sebagai pengiring tarian hiburan. Penyanyi sekaligus menari dengan melompat-lompat dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya ende tumba ini dilakukan oleh remaja di halaman kampung yang disebut alaman pada malam terang bulan.
  5. Ende Sibaran, adalah seni musik vokal sebagai cetusan penderitaan yang berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita tersebut, yang menyanyi di tempat sepi.
  6. Ende Pasu-pasuan, adalah seni musik vokal yang berkenaan dengan pemberkatan berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari Yang Maha Kuasa. Biasanya dinyanyikan oleh orang-orang tua kepada keturunannya.
  7. Ende Hata, adalah seni musik vokal yang berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan secara monoton, seperti metric speech. Liriknya berupa rangkaian pantun dengan bentuk AABB yang memiliki jumlah suku kata yang sama. Biasanya dinyanyikan oleh kumpulan kanak-kanak yang dipimpin oleh seseorang yang lebih dewasa atau orang tua.
  8. Ende Andung, adalah vokal yang bercerita tentang riwayat hidup seseorang yang telah meninggal, yang disajikan pada saat atau setelah disemayamkan. Dalam ende andung, melodinya datang secara spontan sehingga penyanyinya, haruslah penyanyi yang cepat tanggap dan terampil dalam sastra serta menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting untuk jenis nyanyian ini (Pasaribu, 1986:50-54).

Dalam seni musik instrumen, ada instrumen yang lazim disajikan dalam bentuk ensambel dan ada yang disajikan dalam permainan tunggal, baik dalam kaitannya dengan upacara adat, ritual maupun hiburan.

Dalam masyarakat Batak Toba, instrumen tunggal adalah instrument yang lepas dari suatu ensambel, namun selain fungsinya sebagai instrumen yang dimainkan secara tunggal, instrumen juga dapat dimainkan sebagai pendamping vokal. 

Yang dimaksud dalam Instrumen-instrumen ini adalah antara lain :

  1. Dalam kelompok kordophon. Sidideng (seperti rebab dengan dua senar), tanggetang (bamboo idiochordo). Mengmung (seperti prinsip tanggetang tetapi dengan senar dari rotan dan peti kayu sebagai resonator).
  2. Dalam kelompok aerophoe, salung (transverse flute), salohat (seperti salung dengan ukuran yang lebih kecil), along-along (alat tiup temporer dari batang padi).
  3. Dalam kelompok idiophone, jenggong (jews harp logam), saga-saga (jews harp bambu).

Secara umum dapat dijelaskan bahwa dalam musik masyarakat Batak Toba terdapat dua jenis ensambel yang dalam beberapa repertoar memiliki kesamaan fungsi sebagai pengiring upacara, yaitu gondang hasapi dan gondang sabangunan.

hasapi jenis alat musik dari tanah batak

1. Gondang hasapi

Gondang hasapi memiliki beberapa variasi dalam instrumentasinya, tergantung pada guna dan jumlah pemainnya.
  1. Instrumen pembawa melodi : hasapi ende (plucked lute dua senar), garantung (xylophone), sarune etek (single reed).
  2. Instrumen ritme konstan : hasapi doal (plucked lute dua senar) dan hesek (plat logam atau botol kosong).
gondang sabanngunan alat musik gendang dari tanah batak

2. Gondang sabangunan, Gondang sabangunan terdiri dari :

  1. Instrumen pembawa melodi : sarune (shawm), taganing (drume chime).
  2. Instrumen ritme variabel: gordang (single headed drum), taganing.
  3. Instrumen ritme konstan : ogung (gong) yang terdiri dari oloan, ihutan, doal dan panggora, hesek (plat logam atau botol kosong).

Urutan Artikel Lengkap Tortor Dalam Pesta Horja :

Sumber/Referensi : 
SINAGA, Sannur D.F. 2012. Tortor Dalam Pesta Horja Pada Kehidupan Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Struktur Dan Makna. Medan. Program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; MEDAN
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url